GuruPendidikan.Com – Bahasa terdiri atas beberapa tataran gramatikal antara lain kata, frase, klausa, dan kalimat. Kata merupakan tataran terendah & kalimat merupakan tataran tertinggi. Ketika Anda menulis, kata merupakan kunci utama dalam upaya membentuk tulisan. Oleh karena itu, sejumlah kata dalam Bahasa Indonesia harus dipahami dengan baik, agar ide dan pesan seseorang dapat mudah dimengerti. Dengan demikian, kata-kata yang digunakan untuk berkomunikasi harus dipahami dalam konteks alinea dan wacana. Kata sebagai unsur bahasa, tidak dapat dipergunakan dengan sewenang-wenang. Akan tetapi, kata-kata tersebut harus digunakan dengan mengikuti kaidah-kaidah yang benar. Menulis merupakan kegiatan yang mampu menghasilkan ide-ide dalam bentuk tulisan secara terus-menerus & teratur (produktif) serta mampu mengungkapkan gambaran, maksud, gagasan, perasaan (ekspresif). Oleh karena itu, ketrampilan menulis / mengarang membutuhkan grafologi, struktur bahasa, & kosa kata. Salah satu unsur penting dalam mengarang adalah penguasaan kosa kata. Kosa kata merupakan bagian dari diksi. Ketepatan diksi dalam suatu karangan merupakan hal yang tidak dapat diabaikan karena ketidaktepatan penggunaan diksi pasti akan menimbulkan ketidakjelasan makna. Diksi dapat diartikan sebagai pilihan kata pengarang untuk menggambarkan “cerita” mereka. Diksi bukan hanya berarti pilih-memilih kata. Istilah ini bukan saja digunakan untuk menyatakan gagasan / menceritakan suatu peristiwa tetapi juga meliputi persoalan gaya bahasa, ungkapan-ungkapan.
Pengertian DiksiDiksi bisa diartikan sebagai pilihan kata pengarang untuk menggambarkan sebuah cerita. Diksi bukan hanya berarti pilih memilih kata melainkan digunakan untuk menyatakan gagasan atau menceritakan peristiwa tetapi juga meliputi persoalan gaya bahasa, ungkapan-ungkapan dan sebagainya. Agar dapat menghasilkan cerita yang menarik melalui pilihan kata maka diksi yang baik harus memenuhi syarat, seperti :
Contoh Paragraf :
Kedua paragraf diatas punya makna yang sama. Tapi dalam pemilihan diksi pada contoh paragraph kedua menjadi enak dibaca, tidak membosankan bagi pembacanya. Sedangkan Menurut Enre, diksi merupakan pilihan kata yang tepat dan selaras dalam mewakili perasaan yang nyata dalam pola sebuah kalimat. Ciri-Ciri DiksiSetelah mengetahui syarat diksi, tentu kita juga harus mengetahui ciri-ciri diksi tersebut, dibawah ini merupakan ciri-ciri diksi, antara lain:
Syarat DiksiAda dua persyaratan yang harus dipenuhi dalam memilih kata-kata, yaitu persyaratan ketetapan dan kesesuaian. Tepat, artinya kata-kata yang dipilih itu dapat mengungkapkan dengan tepat apa yang ingin diungkapkan. Di samping itu, ungkapan itu juga harus dipahami pembaca dengan tepat, artinya tafsiran pembaca sama dengan apa yang dimaksud dengan penulis. Untuk memenuhi persyaratan ketetapan dan kesesuaian dalam pemilihan kata, perlu diperhatikan
Pilihan kata sesuai dengan kaidah kelompok kata /frasePilihan kata/ diksi yang sesuai dengan kaidah kelompok kata/frase, seharusnya pilihan kata/diksi yang tepat,seksama, lazim,dan benar. 1) Tepat Contohnya : Makna kata lihat dengan kata pandang biasanya bersinonim, tetapi kelompok kata pandangan mata tidak dapat digantikan dengan lihatan mata. 2) Seksama Contohnya : Kata besar, agung, akbar, raya, dan tinggi termasuk kata-kata yang bersinonim. Kita biasanya mengatakan hari raya serta hari besar, tetapi kita tidak pernah mengatakan hari agung, hari akbar ataupun hari tinggi. Begitu pula dengan kata jaksa agung tidak dapat digantikan dengan jaksa besar ataupun jaksa raya, atau pun jaksa tinggi karena kata tersebut tidak seksama. 3) Lazim Lazim adalah kata itu sudah menjadi milik bahasa Indonesia. Kata yang tidak lazim dalam bahasa Indonesia apabila dipergunakan sangatlah akan membingungkan pengertian saja. Contohnya, Kata makan dan santap bersinonim. Akan tetapi tidak dapat mengatakan Anjing bersantap sebagai sinonim anjing makan. Kemudian kata santapan rohani tidak dapat pula digantikan dengan makanan rohani. Kedua kata ini mungkin tepat pengelompokannya, tetapi tidak seksama serta tidak lazim dari sudut makna dan pemakain-nya. Berdasarkan sifatnya, makna dibedakan atas dua macam: Makna Denotasi adalah makna kata yang sesuai dengan hasil observasi panca indra dan tidak menimbulkan penafsiran lain. Makna denotasi disebut juga sebagai makna sebenarnya. Contoh : Kepala: organ tubuh yang letaknya paling atas Besi: logam yang sangat keras Makna konotasi adalah makna kata yang tidak sesuai dengan hasil observasi pancaindra dan menimbulkan penafsiran lain. Makna konotasi disebut juga sebagai makna kias atau makna kontekstual. Contoh : Ibu kota : pusat pemerintahan Ibu jari : jari yang paling besar atau jempol Jamban : kamar kecil Berdasarkan cakupan maknanya, perubahan makna dibedakan atas:
Misalnya :
Berdasarkan nilai rasanya, perubahan makna dibedakan atas : Ameliorasi adalah perubahan makna ke tingkat yang lebih tinggi. Artinya baru dirasakan lebih baik dari arti sebelumnya. Contoh :
Pergeseran makna dibedakan atas dua macam: Adalah pergeseran makna yang terjadi karena adanya persamaan sifat. Contoh: – Tasya menyikat giginya sampai bersih – Pencuri itu menyikat habis barang-barang berhatga dirumah itu Adalah perubahan makna akibat adanya pertukaran tanggapan antara dua indra yang berbeda. Contoh: – Sayur itu rasanya pedas sekali – Kata-katanya sangat pedas didengar. Adalah dua buah kata yang mempunyai persamaan tulisan dan pengucapan. – Bisa berarti 1). Dapat, sanggup 2). Racun – Buku berarti 1). Kitab 2). Antara ruas dengan ruas Adalah dua buah kata atau lebih yang mempunyai persamaan tulisan tetapi berlainan pengucapan dan arti. Contoh: – Teras (inti) dengan teras (halaman rumah) – Sedan (isak) dengan sedan (sejenis mobil) – Tahu (paham) dengan tahu (sejenis makanan) Adalah dua buah kata atau lebih yang mempunyai persamaan pengucapan tetapi berlainan tulisan dan arti. Contoh: – Bang dengan bank – Masa dengan massa adalah dua buah kata yang berbeda tulisan dan pengucapanya tetapi mempunyai arti yang sama. Contoh: – Pintar dengan pandai – Bunga dengan kembang Kesinoniman kata tidaklah mutlak, hanya ada kesamaan atau kemiripan. Oleh sebab itu, di dalam sebuah karang mengarang sebaiknya dipergunakan sinomin kata supaya ada variasinya dan ada pergantiannya yang membuat lukisan di dalam karangan itu menjadi hidup. Sinonim dapat terjadi disebabkan oleh hal-hal berikut ini: Contoh: Kata harimau yang diberi sinonim dengan macan . Kata auditorium bersinonim dengan kata pendopo. Kata rindu bersinonim dengan kata kangen
Contoh: Handuk bersinonim tuala , selop bersinonim seliper Contoh: kolosal bersinonim besar , aula bersinonim ruangan , realita bersinonim kenyataan. Contoh: suami bersinonim laki , istri bersinonim bini , mati bersinonim wafat. Contoh: membuat bersinonim menggubah, assisten bersinonim pembantu, tengah bersinonim madya.
Contoh: membuat bersinonim menggubah, assisten bersinonim pembantu, tengah bersinonim madya. Adalah kata-kata yang berlawanan artinya. Contoh: – Tua – muda – Besar – kecil – Luas – sempit Fungsi DiksiDiksi dalam pembuatan karya sastra memiliki beberapa fungsi sebagai berikut:
Kreativitas dalam memilih kata merupakan kunci utama pengarang dalam menulis gagasan atau ungkapan. Penguasaan dalam pengolahan kata juga merupakan kunci utama dalam menghasilkan tulisan yang indah, dapat dibaca serta ide yang ingin disampaikan penulis dapat dipahami dengan baik. Kata yang tepat akan membantu seseorang mengungkapkan dengan tepat apa yang ingin disampaikannya baik secara lisan maupun dengan tulisan. Pemilihan kata juga harus sesuai dengan situasi kondisi dan tempat penggunaan kata–kata itu. Pembentukan kata atau istilah adalah kata yang mengungkapkan makna konsep, proses, keadaan atau sifat yang khas dalam bidang tertentu. Berdasarkan kesimpulan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa diksi mempunyai persamaan yaitu sama-sama penulis ingin menyampaikan sesuatu di hasil karya tulisannya dengan maksud agar pembaca dapat memahami maksud dan tujuan penulis. DAFTAR PUSTAKAMoeliono, Anton, 1991. Santun bahasa, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.Sugono, Dendy, 2003. Buku Praktis Bahasa Indonesia, Pusat Bahasa,Jakarta.Amran, Tasai. 2010 Cermat Berbahasa Indonesia. (Jakarta :CV Akademika Pressindo.Adi, Tri. 2007 Inilah Bahasa Indonesia Jurnalistik, CV Andi Offset, Yogyakarta.Rahaedi, Kunjana. 2003. Bahasa Indonesia perguruan tinggi. Erlangga. JakartaDemikianlah pembahasan mengenai “Diksi ( Pilihan Kata ) Pengertian & ( Fungsi – Macam – Contoh ) semoga dengan adanya ulasan tersebut dapat menambah wawasan dan pengetahuan anda semua, terima kasih banyak atas kunjungannya. Baca Juga: |